Malaysian INC

Kamis, 06 Juni 2013

Mengapa Harus Jalan-jalan ke Luar Negeri?

Setiap kali artikel jalan-jalan ke luar negeri dimuat di media, hampir selalu ada pembaca yang berkomentar, “Ah, yang seperti itu di Indonesia juga banyak!” atau “Pantai-pantai di Indonesia lebih bagus dari itu!” atau “Buat apa mahal-mahal ke luar negeri, wisata Indonesia jauh lebih bagus”, dan semacamnya. 

Tentu masing-masing individu berhak menyuarakan pendapatnya, tetapi saya menjadi tergelitik untuk juga menyuarakan pendapat saya dalam hal ini. 

Ketika diundang menjadi pembicara baik langsung maupun di radio, saya selalu berpesan bahwa Indonesia itu sangat luar biasa amat indah! Tetapi, walaupun saya tinggal di negara yang sangat indah, bukan berarti saya kemudian enggan berjalan-jalan ke luar negeri. 

Selalu ada yang unik di setiap tempat
Belitung, menurut saya, jauh lebih cantik daripada pantai-pantai di Langkawi Malaysia. Tapi toh saya tetap ke Langkawi. Saya juga tetap menikmati bermain di Pantai Cenang — dan ketika air laut surut, berjalan kaki menyeberang ke Pulau Rebak Besar. Unik kan?

Phuket. (Ghiboo)Orang bilang Phuket sama seperti Bali. Pantai indah, bule-bule berbikini berjemur, kafe-kafe di pinggir jalan, mengapa jauh-jauh ke Phuket? Di Bali memang banyak pura cantik, sementara Phuket memiliki wat-wat yang tidak kalah cantiknya.

Pada intinya, menurut saya, setiap tempat memiliki sesuatu yang khas sendiri.  Oleh karena itu, bisa dibilang saya tidak pernah menyesal berkunjung ke suatu tempat walaupun mungkin tempat tersebut relatif kalah indah dengan tempat lain. 

Asyiknya mengenal budaya negara lain
Dari segi sejarah dan budaya, Indonesia juga jagonya. Candi Borobudur, Candi Prambanan, berbagai peninggalan kerajaan masa lalu membuat Indonesia sangat kaya akan khazanah budaya. Ratusan jumlah suku juga membuat Indonesia memiliki beragam kesenian daerah yang mampu memukau wisatawan domestik maupun mancanegara.

Untuk urusan makanan, Indonesia juga ibarat surga bagi lidah. Menurut sebuah survei, rendang terpilih menjadi kuliner favorit. Menu lain, nasi goreng dan gado-gado misalnya, juga sangat dikenal di luar negeri. 

Tetapi, melihat peninggalan sejarah dan budaya di negara lain juga tidak kalah asyik. Misalnya, saya sangat menikmati kunjungan ke Taj Mahal serta hidangan kuliner khas India ketika berkunjung ke sana. Setelah menyaksikan indahnya kuil-kuil di Tokyo, sangat nikmat bila hari ditutup dengan lezatnya ramen. 
Taj Mahal. (AFP Relax)
Negara kita memang memiliki budaya yang sangat beragam, namun dengan berkunjung ke negara lain saya juga jadi lebih mengerti tentang sejarah dan budaya di negara tersebut. Selain mengenal budayanya, saya juga jadi mengikuti kebiasaan baik setempat. Misalnya, penduduk Jepang sangat disiplin dalam segala hal, misalnya membuang sampah selalu pada tempatnya. Negara ini sangat bersih. Karena itu, saat di sana, saya bahkan memungut remah-remah kecil makanan yang jatuh ke tanah untuk kemudian dibuang di tempat sampah. Bagi saya, kita dapat belajar dari budaya baik negara lain untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mahal atau murah?
Kebanyakan orang berpendapat bahwa butuh dana banyak untuk berlibur ke luar negeri. Menurut saya tidak selalu demikian. Pergi ke benua Amerika dan Eropa tentu cukup menguras kantong, tetapi berlibur ke negara-negara Asia bisa jadi lebih murah daripada wisata domestik. 

Tiket penerbangan sering menjadi tolok ukur mahal anggaran liburan. Bila kita mencermati baik-baik, sering kali tiket penerbangan dari Jakarta ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, bisa lebih murah daripada tiket ke kota-kota di Sulawesi, misalnya. 

Mahal dan murahnya sebuah perjalanan tentu tergantung pada si pelancong. Pilihan akomodasi, makanan, atraksi wisata menjadi faktor penentu. Negara seperti Vietnam jadi surga bagi para backpacker karena ketersediaan akomodasi murah dengan fasilitas yang lumayan serta harga makanan yang lebih murah daripada di Indonesia.

Jangan jadi katak dalam tempurung
Senang berjalan-jalan ke luar negeri bukan berarti saya tidak mencintai Indonesia. Nyatanya, setiap kali mudik ke Jogja saya selalu sempatkan mengunjungi pantai-pantai baru di Gunungkidul, atau candi-candi kecil di seputaran Sleman. 

Pilihan tujuan wisata tentu saja menjadi hak masing-masing pelancong. Bagi saya, banyak faktor yang menentukan hal ini, yang paling utama adalah dana. Selain itu karena adanya kesempatan. Seringkali saya tiba-tiba membeli tiket tertentu karena sedang ada promo yang super murah, walaupun sebenarnya tidak ada rencana ke sana sebelumnya. 
Museum Genosida Tuol Sleng, Kamboja. (AFP News)
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah karena prioritas. Penyuka sejarah akan menikmati kunjungan ke Museum Genosida Tuol Sleng di Phnom Penh, misalnya, sementara penikmat keindahan alam lebih memilih ke Halong Bay di Vietnam. Sama seperti di Indonesia, penyuka belanja akan sangat senang ke Pasar Klewer di Solo, sementara penggemar pendakian mungkin lebih suka ke Pulau Sempu di Malang.

Indonesia memang sangat indah, dan memiliki hampir segalanya — tapi tidak semua ada. Di negara lain banyak juga kok objek wisata indah yang tidak dimiliki Indonesia. Selain itu, bagi saya, dengan berkunjung ke luar negeri saya jadi makin menghargai Indonesia, semakin menyadari keindahannya. Coba kalau selama ini saya hanya berwisata di Indonesia saja, saya tidak akan bisa tahu bahwa pantai-pantai di Indonesia lebih cantik daripada banyak pantai di luar negeri. Saya hanya akan jadi katak dalam tempurung!

0 komentar: